Penyaliran Tambang Terbuka

Sistem penyaliran tambang adalah suatu upaya yang diterapkan pada kegiatan penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengalirkan air yang masuk ke bukaan tambang. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan.

Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama (Budiarto, 1997: 79-80). Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a)       Mine Drainage

Mine drainage merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan.

b)       Mine Dewatering

Mine dewatering merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan.


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem penyaliran, diantaranya adalah

1.       Rencana Penambangan

Rencana Penambangan Sistem Penyaliran Tambang yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan rancangan penambangan, sehingga sistem penirisan dapat mendukung kegiatan penambangan yang akan dilakukan dengan demikian rancangan sistem penyaliran tambang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari rancangan penambangan secara keseluruhan.

2.       Curah hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satuan luas, dinyatakan dalam millimeter. Derajat curah hujan merupakan banyaknya curah hujan persatuan waktu tertentu dan disebut sebagai intensitas hujan (Budiarto, 1997 :19-20). Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan per satuan waktu tertentu dan dinyatakan dengan satuan mm/jam. intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe, yaitu:

 

Dimana:       R24  = Curah hujan maksimum harian (mm/hari)

t       = Lamanya hujan (jam)

I       = Intensitas hujan (mm/jam) 


3.       Aliran Air Permukaan (Air Limpasan)

Air limpasan permukaan adalah air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Air limpasan ini secara garis besar dipengaruhi oleh elemen-elemen meteorologi yang diwakili oleh curah hujan dan elemen-elemen daerah pengaliran yang menyatakan sifat-sifat fisik dari daerah pengaliran (Budiarto, 1997 : 81). Debit aliran Air Limpasan maksimum dianalisis berdasarkan metode Rasional:


Q = 0,278 x C x A x I


Dimana:        Q          = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)

C          = Koefisien limpasan

I           = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A          = Luas daerah tangkapan hujan (km2


4.       Debit Pompa

Debit pemompaan adalah volumen air yang dipindahkan oleh pompa persatuan waktu. Rangkaian pompa …………(1) biasanya dipasang seri atau paralel, dan atau gabungan seri-paralel, tergantung debit dan daya dorong pompa. Untuk memperkirakan debit pemompaan dihitung dengan Metode Discharge.


Dengan Metode Discharge, debit aktual pompa dapat dihitung:


Q = X 1,28 D2 


Keterangan:         Q = Debit pompa (gpm)

X = Jarak horisontal (inch)

D = Diameter dalam pipa (inch)


5.       Sumuran (Sump)

Sumuran berfungsi sebagai tempat akumulasi air sebelum dipompa keluar tambang. Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan biasanya dibuat sumuran sementara yang disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja (front) penambangan. Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran merupakan jumlah air limpasan permukaan dan air rembesan serta airtanah, sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai yang berhasil dipompa, karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti.


Referensi:

Riswan, Dimas Aditya. 2017. Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance.

Syarifuddin, Sri Widodo, Arif Nurwaskito. 2017. Kajian Sistem Penyaliran Pada Tambang Terbuka Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.      Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar