Indonesia
sebagai negara yang terletak di khatulistiwa mempunyai sumber energi yang
melimpah, meliputi sumber energi fosil maupun non-fosil. Namun sampai saat ini
sebagian besar energi yang dihasilkan dan digunakan berasal dari fosil yaitu
sebesar 95% dari total bauran energi. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan kuat dalam beberapa tahun terakhir, permintaan energi akan terus
meningkat. Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil yang
jumlahnya relatif terbatas dapat memicu krisis energi di negeri ini. Oleh
karena itu masalah energi akan terus menjadi perhatian utama pemerintah di masa
mendatang apalagi dengan meningkatnya masalah dampak lingkungan akibat
pembakaran energi fosil untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi nasional.
Dalam penjelasannya, Dirjen EBTKE (Dadan
Kusdiana) sebagai pembicara pada forum diskusi internasional, United States
Power Working Group for Indonesia menjelaskan update pengembangan energi baru,
terbarukan dan konservasi energi yang telah dicapai di Indonesia dan beberapa
program ke depan yang akan dilaksanakan.
“Saat ini kami sedang proses
mempersiapkan pengembangan jangka panjang untuk sektor energi, begitu
juga dengan kelistrikan dan sedang dalam tahap finalisasi RUPTL dengan PLN.
Saya pikir kami juga memiliki hubungan relasi yang baik dengan US terutama
dalam pengembangan energi terbarukan”, ujar Dadan.
Indonesia memiliki semua potensi
energi terbarukan, seperti surya, air, angin, panas bumi dan bioenergi. Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan, potensi energi baru
terbarukan itu berasal dari samudera, panas bumi, bioenergy, bayu, hidro dan
surya. Untuk Panas bumi, Dadan menyatakan total potensi panas bumi Indonesia
lebih dari 400 GW dan implementasi sampai dengan 2020 mencapai 176 MW. Dan
untuk pembangkit surya, ada tambahan 11 MW untuk panel surya atap. Untuk
potensi angin dan hidro memiliki potensi yang sama, yaitu 150 GW. Lebih lanjut,
Dadan menguraikan bahwa sedang ada dua proyek yang sedang dalam proses
mempersiapkan perluasan untuk pembangkit listrik tenaga angin. Untuk bioenergy,
Indonesia juga memiliki banyak energi potensial dan dalam implementasinya juga
cukup besar, hampir 2 GW, yang penggunaanya lebih banyak dari sektor kelapa
sawit.
Seperti pada desa-desa yang ada di
wilayah Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), energi listriknya berasal dari
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) atau pembangkit listrik skala
kecil yang menggunakan tenaga air. Selain itu, terdapat pula yang memanfaatkan
tenaga surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan tenaga kincir
angin atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) untuk memenuhi kebutuhan
listrik. Selain PLTMH, masyarakat di Desa Kamanggih juga memanfaatkan biogas
yang dihasilkan dari kotoran ternak untuk memasak. Energi dari limbah kotoran
ini juga berhasil diterapkan pada desa yang berada di Lombok, Nusa Tenggara
Barat (NTB).
Indonesia berada pada posisi kedua
setelah US dalam hal pemanfaatan panas bumi, juga menjadi negara terbesar dalam
pemanfaatan Biofuel, dengan kapasitas 12 juta KL. Tahun ini indonesia ingin
meningkatkan kapasitas penggunaan menjadi 9.2 %. Tidak hanya itu, Indonesia
sedang menjalin kerja sama dengan US untuk peningkatan biofuel dan US bisa
memiliki lebih banyak bioetanol.
Pengembangan energi baru dan energi
terbarukan (EBT) memadukan dari segala potensi, kapasitas, juga dari sisi keekonomian. Dalam lima tahun
kedepan, Indonesia akan memiliki total sekitar 9 GW dari energi terbarukan dari
pembangkit listrik hybrid, angin, hidro, panas bumi, dan bioenergi. Indonesia
ambisius untuk mencapai target EBT di 2025 dan target penurunan emisi gas rumah
kaca di tahun 2030.
Kerja
Sama Indonesia dan Amerika Serikat bidang EBTKE
MoU kerja sama bidang energi antara
Indonesia dengan AS yang berlaku sampai dengan Oktober 2020 telah diperpanjang
selama 5 tahun hingga 27 Oktober 2025. MoU ini memuat kerjasama sebagai berikut
:
·
Penelitian mengenai Carbon Capture
Storage/CCS;
•
Penelitian mengenai Strategic
Petroleum Reserves/SPR;
•
Pengembangan dan penggunaan energi
terbarukan, terutama untuk lokasi-lokasi on-grid dan off-grid di daerah
terpencil, dan integrasi ke jaringan listrik dari sumber energi terbarukan;
•
Inisiatif efisiensi energi, antara
lain pada industri, peralatan listrik rumah tangga, dan teknologi smart grid;
•
Pembentukan Center of Execellence
untuk energi terbarukan yang berlokasi di Bali;
•
Bidang kerja sama lain yang
disepakati bersama.
Kerjasama the U.S Power Working Group for Indonesia sejak tahun 2015,
merupakan upaya perusahaan Amerika untuk membantu Indonesia mencapai target
pembangunan pembangkit listrik, dimana saat ini PWG terdiri dari 42 perusahaan.
Sumber
:
Direktorat
Jenderal EBTKE - Kementerian ESDM
Potensi
Energi Terbarukan Indonesia Mencapai 417 Giga Watt
Pengembangan
Energi Baru Terbarukan di RI Perlu Insentif dan Perubahan Regulasi Halaman all
- Kompas.com
Energi
Baru Terbarukan
https://pertaminapower.com/energi-baru-terbarukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar